Aku punya kisah tentang seorang gadis yang begitu mencintai seorang pria.
Mereka baru dipertemukan kemarin, tetapi mereka memiliki kecocokan karena dapat saling melengkapi.
Kekurangan yang ada dalam diri si gadis dapat ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki sang pria, begitu pula sebaliknya kekurangan sang pria dapat dilengkapi kelebihan dari si gadis.
Si gadis seorang yang sangat realistis, ia memandang kehidupan secara nyata sangat takut untuk memiliki impian karena takut tak sanggup memenuhinya dan berakhir dengan kekecewaan mendalam sementara sang pria adalah seorang pemimpi, hidupnya penuh impian dan cita-cita dan punya keyakinan suatu saat akan terwujud semua impian dan mimpi-mimpinya.
Si gadis seorang yang pesimis memandang hidup dalam ketidakpercayaan diri bahwa akan dimampukan untuk meraih cita-cita sementara sang pria seorang yang optimis, penuh percaya diri bahwa impian dan cita-cita akan tercapai.
Sang pria seorang yang tidak sabaran, emosional dan sedikit temperamental, sementara si gadis seorang yang sabar, tidak mengungkapkan sesuatu secara emosional dan tenang.
Sang pria seorang yang ekstrovert, terbuka dan dapat dengan mudah menampakkan emosinya saat berhadapan dengan orang lain, sementara sang gadis seorang yang sangat introvert, begitu tertutup, tidak menunjukkan emosinya saat berhadapan dengan orang lain. Karena punya trauma masa lalu yang sangat menghantuinya.
Si gadis seorang yang hemat malah sangat hemat bahkan untuk dirinya sendiri dia sangat pelit, sementara sang pria seorang yang royal, berpikir bahwa kalau kita mampu dan punya uang mengapa harus menahan keinginan kita untuk memiliki apa yang kita inginkan.
Si gadis seorang yang rajin, tekun dalam belajar dan bekerja dan tidak kenal kata menyerah berjuang sampai titik darah penghabisan, sementara sang pria kurang rajin belajar, mengerjakan sesuatu hanya serius diawalnya saja tetapi saat sudah berlanjut akan bosan dan meninggalkan pekerjaan itu, mudah menyerah dan patah semangat.
Sang pria seorang yang mengerti fasion dan menerapkannya dalam penampilannya sehari-hari, sementara si gadis seorang yang sederhana dan tampil dalam kebersahajaan.
Si gadis bersifat periang, selalu tersenyum sementara sang pria seorang pemurung yang jarang tersenyum, baginya sebuah senyuman adalah mahal.
Sang pria seorang yang sangat prefeksionis menginginkan segala sesuatu sempurna, sementara si gadis menerima segala sesuatu dengan apa adanya.
Sang pria memiliki badan yang tegap, gagah dan tinggi sementara si gadis kecil, mungil dan pendek.
Dari sang pria, si gadis banyak belajar berbagai hal bahwa tidak apa-apa punya mimpi, tidak apa-apa menampakkan emosi saat mengungkapkan kata hati, tidak apa-apa menikmati penghasilan yang didapat dari kerja keras untuk membeli apa yang diinginkan, sedikit bergaya dalam berpakaian juga tidak apa-apa malah akan membuat lebih percaya diri dan terlihat menarik.
Sang pria juga belajar untuk berhemat, sedikit bersabar, menahan emosi dan belajar dengan rajin serta semangat juang yang tidak kenal menyerah.
Si gadis sangat bersyukur atas pertemuan mereka, berterima kasih atas semua kebaikan dan cinta kasih dari Sang Pencipta atas anugerah yang tak terhingga ini.
Begitu pula sang pria juga bersyukur atas anugerah Sang Pemberi Hidup kepadanya.
Mereka sangat bersyukur karena Tuhan memberi anugerah sehingga keduanya merasa hidup sangat lengkap.
Mereka berdua punya mimpi yang sama menjalin hubungan yang baik, berkenan di mata Tuhan, dan jika Tuhan kehendaki akan menjadi pasangan dalam rumah tangga yang bahagia.
Di mana ada sang pria di situ si gadis berada, di mana ada hati sang pria di situ hati si gadis tersimpan.
Sayang, suatu ketika si gadis tidak dapat menjaga tutur katanya dengan baik sehingga membuat harga diri sang pria tersinggung, terkoyak dan terluka.
Sang pria sangat marah dan terluka, meskipun sang gadis telah meminta maaf dengan penuh penyesalan, namun sang pria telah memutuskan untuk memutuskan hubungan ini berakhir sampai di sini.
Tiada lagi mimpi-mimpi dan harapan semua sirna, semua musnah, semuanya retak berkeping-keping seperti kaca pecah di batu.
Kepingannya berserakan di mana-mana, dan si gadis dengan susah payah mengumpulkan serpihan itu, berusaha merekatkannya kembali dengan air mata berderai, penyesalan, kekecewaan, keputusasaan, hati yang terkoyak dan harapan yang hancur.
Hanya Tuhan yang mampu menghibur hati si gadis, mengobati dan memulihkankannya seiring perjalanan waktu.
Mungkinkan kepingan-kepingan hatinya dapat direkatkan kembali menjadi sebuah impian yang utuh ????
Hanya sang pria yang dapat menjawabnya.
Mereka baru dipertemukan kemarin, tetapi mereka memiliki kecocokan karena dapat saling melengkapi.
Kekurangan yang ada dalam diri si gadis dapat ditutupi dengan kelebihan yang dimiliki sang pria, begitu pula sebaliknya kekurangan sang pria dapat dilengkapi kelebihan dari si gadis.
Si gadis seorang yang sangat realistis, ia memandang kehidupan secara nyata sangat takut untuk memiliki impian karena takut tak sanggup memenuhinya dan berakhir dengan kekecewaan mendalam sementara sang pria adalah seorang pemimpi, hidupnya penuh impian dan cita-cita dan punya keyakinan suatu saat akan terwujud semua impian dan mimpi-mimpinya.
Si gadis seorang yang pesimis memandang hidup dalam ketidakpercayaan diri bahwa akan dimampukan untuk meraih cita-cita sementara sang pria seorang yang optimis, penuh percaya diri bahwa impian dan cita-cita akan tercapai.
Sang pria seorang yang tidak sabaran, emosional dan sedikit temperamental, sementara si gadis seorang yang sabar, tidak mengungkapkan sesuatu secara emosional dan tenang.
Sang pria seorang yang ekstrovert, terbuka dan dapat dengan mudah menampakkan emosinya saat berhadapan dengan orang lain, sementara sang gadis seorang yang sangat introvert, begitu tertutup, tidak menunjukkan emosinya saat berhadapan dengan orang lain. Karena punya trauma masa lalu yang sangat menghantuinya.
Si gadis seorang yang hemat malah sangat hemat bahkan untuk dirinya sendiri dia sangat pelit, sementara sang pria seorang yang royal, berpikir bahwa kalau kita mampu dan punya uang mengapa harus menahan keinginan kita untuk memiliki apa yang kita inginkan.
Si gadis seorang yang rajin, tekun dalam belajar dan bekerja dan tidak kenal kata menyerah berjuang sampai titik darah penghabisan, sementara sang pria kurang rajin belajar, mengerjakan sesuatu hanya serius diawalnya saja tetapi saat sudah berlanjut akan bosan dan meninggalkan pekerjaan itu, mudah menyerah dan patah semangat.
Sang pria seorang yang mengerti fasion dan menerapkannya dalam penampilannya sehari-hari, sementara si gadis seorang yang sederhana dan tampil dalam kebersahajaan.
Si gadis bersifat periang, selalu tersenyum sementara sang pria seorang pemurung yang jarang tersenyum, baginya sebuah senyuman adalah mahal.
Sang pria seorang yang sangat prefeksionis menginginkan segala sesuatu sempurna, sementara si gadis menerima segala sesuatu dengan apa adanya.
Sang pria memiliki badan yang tegap, gagah dan tinggi sementara si gadis kecil, mungil dan pendek.
Dari sang pria, si gadis banyak belajar berbagai hal bahwa tidak apa-apa punya mimpi, tidak apa-apa menampakkan emosi saat mengungkapkan kata hati, tidak apa-apa menikmati penghasilan yang didapat dari kerja keras untuk membeli apa yang diinginkan, sedikit bergaya dalam berpakaian juga tidak apa-apa malah akan membuat lebih percaya diri dan terlihat menarik.
Sang pria juga belajar untuk berhemat, sedikit bersabar, menahan emosi dan belajar dengan rajin serta semangat juang yang tidak kenal menyerah.
Si gadis sangat bersyukur atas pertemuan mereka, berterima kasih atas semua kebaikan dan cinta kasih dari Sang Pencipta atas anugerah yang tak terhingga ini.
Begitu pula sang pria juga bersyukur atas anugerah Sang Pemberi Hidup kepadanya.
Mereka sangat bersyukur karena Tuhan memberi anugerah sehingga keduanya merasa hidup sangat lengkap.
Mereka berdua punya mimpi yang sama menjalin hubungan yang baik, berkenan di mata Tuhan, dan jika Tuhan kehendaki akan menjadi pasangan dalam rumah tangga yang bahagia.
Di mana ada sang pria di situ si gadis berada, di mana ada hati sang pria di situ hati si gadis tersimpan.
Sayang, suatu ketika si gadis tidak dapat menjaga tutur katanya dengan baik sehingga membuat harga diri sang pria tersinggung, terkoyak dan terluka.
Sang pria sangat marah dan terluka, meskipun sang gadis telah meminta maaf dengan penuh penyesalan, namun sang pria telah memutuskan untuk memutuskan hubungan ini berakhir sampai di sini.
Tiada lagi mimpi-mimpi dan harapan semua sirna, semua musnah, semuanya retak berkeping-keping seperti kaca pecah di batu.
Kepingannya berserakan di mana-mana, dan si gadis dengan susah payah mengumpulkan serpihan itu, berusaha merekatkannya kembali dengan air mata berderai, penyesalan, kekecewaan, keputusasaan, hati yang terkoyak dan harapan yang hancur.
Hanya Tuhan yang mampu menghibur hati si gadis, mengobati dan memulihkankannya seiring perjalanan waktu.
Mungkinkan kepingan-kepingan hatinya dapat direkatkan kembali menjadi sebuah impian yang utuh ????
Hanya sang pria yang dapat menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar