.

welcome small

,

Isi Buku Tamu


ShoutMix chat widget

Rabu, 14 Januari 2009

Cinta Tak Ada Logika (2)

Sang pria menjawab tak mau lagi merekatkan apa yang telah retak, tak mau memaafkan dengan setulus hati tetapi penuh dendam dan kebencian.
Tak akan ada lagi cinta kasih sayang untuk si gadis hanya sumpah serapah dan caci maki.
Si gadis menerima semuanya dengan berlapang dada, menerima semua kemarahan dan caci maki dengan hati yang memaafkan dan penuh pengertian bahwa saat itu sang pria sangat terluka dan dapat meruntuhkan apapun juga di sekitarnya seperti seekor singa yang terluka dapat mengamuk dan menyerang apa saja yang ada di hadapannya.
Kini semuanya telah musnah
Ibarat panas setahun hilang oleh hujan sehari tak berbekas.
Si gadis belajar bahwa tak cukup hanya cinta harus ada kerelaan hati untuk menerima dengan penuh syukur kekurangan dan kelebihan pasangan, harus ada kerelaan hati untuk memaafkan dan memberi pengampunan, harus ada ketulusan hati untuk mendengarkan dan memperhatikan pasangannya, harus ada kerelaan hati untuk menerima semua sebagai rencana Tuhan bagi hidup dan kisah cintanya.
Tak boleh si gadis memaksakan kehendaknya sendiri, tak boleh si gadis mengingini tanpa menyerahkan semua keinginannya terlebih dahulu kepada Tuhan.
Si gadis belajar bahwa selama ini cinta mereka tidak cukup kokoh dan kuat menghadapi gelombang masalah, tidak cukup tahan uji dalam perjalanannya menuju masa depan.
Walaupun si gadis mau berjuang tak akan mampu jika ia sendirian.
Ibarat sayap seekor burung telah patah sebelahnya., tentulah tak dapat terbang.
Ibarat kapal telah karam separuhnya, tak kan mungkin dapat berlayar.
Ibarat tangan tak dapat bertepuk karena hanya ada satu
Ibarat jembatan akan ambruk jika hanya ditopang satu kaki.
Akhirnya si gadis memasrahkah semuanya pada kehendak sang pria, hubungan mereka harus berakhir sampai di sini.
Mungkin memang kisah cinta mereka hanya sampai di sini hanya berumur lebih kurang enam bulan saja.
Kisah cinta terpendek yang telah dialami si gadis karena dia bukan petualang cinta tetapi penjaga cinta.
Dalam hatinya si gadis berjanji tetap menjaga cintanya pada sang pria meskipun hanya dalam hati saja.
Karena niatnya tulus dalam menjalin kisah cinta ini, si gadis merasa perlu memelihara cintanya pada sang pria walaupun hanya dalam hati dan impian-impiannya.
Si gadis merelakan sang pria pergi dari sisinya demi cita-cita,cinta dan harapan yang lebih baik bahwa suatu saat ada rencana indah bagi mereka berdua di masa depan.
Walaupun mungkin bukan dalam kebersamaan, namun kebahagiaan dapat mereka berdua raih.
Si gadis sangat berterima kasih atas kebaikan hati, kemurahan, kesetiaan, cinta kasih sang pria padanya selama ini. Bagaimanapun mereka pernah melalui hari-hari indah berdua, merajut mimpi berdua, sedih senang berdua, tertawa menangis berdua, berjuang melawan badai penyakit berdua, berjuang melawan ketidakadilan berdua, berjuang melawan amarah orang lain berdua, banyak hal dan kenangan dilewati berdua, melakukan perjalanan berdua, menyusuri jalan-jalan kota Bandung berdua dalam cuaca panas, hujan, dingin, berkabut, polusi, berdua. Mengalami masalah dengan motor berdua, mengalami masalah dengan kuliah berdua, mencari tempat tinggal baru berdua, pindah berdua, menata kamar berdua, bercerita tentang mimpi-mimpi, impian dan harapan hanya berdua, semua dilalui berdua dan si gadis sangat berat untuk meninggalkan semua itu, karena begitu indah, begitu berkesan, begitu penuh makna, begitu membahagiakan.
Jika kita punya seseorang di mana kita dapat mencurahkan segalanya padanya dan dia menerima serta membalas semuanya tentulah kita akan berat hati berpisah dengannya. Bagi si gadis, sang pria adalah belahan jiwanya, curahan kasih sayangnya, tempatnya berbagi segalanya. Bersama yang lain si gadis tidak pernah dapat sebebas dan seterbuka seperti bersama sang pria, karena si gadis sangat percaya pada sang pria, si gadis menyerahkan kepercayaan tertingginya kepada sang pria, apapun kata sang pria, si gadis mau mengikuti, si gadis mau melakukannya, si gadis mau memenuhi keinginan sang pria. Termasuk saat terakhir sang pria ingin mereka berpisah, si gadis berusaha menerima, mengikuti dan merelakan keinginan sang pria, walaupun sakit tak terperi, tak dapat diungkap dengan kata-kata, tak dapat dihapus dengan banyaknya air mata, tak dapat dipulihkan dengan kata-kata hiburan, tak dapat diceritakan. Si gadis tak mampu untuk menguraikannya. Hanya bisa menyimpannya dalam hati dan membiarkan luka itu menganga tanpa dapat dibalut karena si gadis tak mampu membalutnya, tak berdaya merekatkan kembali menjadi sekeping hati yang utuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar